Buku-Buku Berserakan

By Evan
Penyakit malasku kambuh lagi. lama aku tidak menyempatkan waktu barang sejenak untuk posting.

Kemarin, buku yang kubeli dari inibuku.com sudah terkirim. akhirnya, yang ditunggu datang juga: tiga buku kumpulan tulisan bentara, on nothing-nya Sitok, Cerpen pilihan Kompas 1980-1990, sejarah Indonesia Modern 1400-2004, dan autobiografi Parlindungan Lubis-orang Indonesia di Camp Konsentrasi Nazi.

Entah mengapa, beberapa waktu ini aku terjangkit penyakit aneh. Hasratku membeli buku seakan tak terhenti, remnya blong. Tiga hari sebelum lebaran, aku menghabiskan ratusan ribu rupiah untuk membeli buku. (jumlah cukup besar bagi seorang yang bergaji tak lebih dari 2 x UMP Jakarta) Belum selesai membaca semua buku yang kubeli, Rp. 500 ribu kembali melayang tergantikan segepok buku. Saya tidak tahu, apakah nasib buku ini sama seperti buku-bukuku sebelumnya: Sebagian tak tuntas terbaca!

Ya, banyak buku yang kubeli tak selesai terbaca. Di luar faktor kemalasan, alasan yang paling bisa dijadikan tameng adalah kesibukan kerja.

Mungkin ada yang memandang sinis. Mungkin ada yang bertanya-tanya: apa nggak rugi beli buku mahal-mahal, tapi nggak dibaca? Siapa bilang gak dibaca! aku baca, sebagian tuntas, sebagiannya lagi tak selesai.

Tapi tetap saja rugi?

siapa bilang rugi? dengan memiliki banyak buku, punya perpustakaan pribadi dengan koleksi beragam, itu kan investasi jangka panjang. Kalau anakku lahir nanti,tumbuh besar, sekolah, dst..dia tinggal membaca buku-buku milik ayahnya. hebat bukan?

Aku berharap, anakku nanti menjadi
pembaca, penulis, dan pelaku sejarah..
pelaku, pembaca, dan penulis sejarah..
penulis, pelaku, dan pembaca sejarah..

tapi tidak perlu jadi sejarawan..
 

2 comments so far.

  1. cewekndeso 10:34 PM
    lucu juga kmu bikin critanya
  2. Evan 1:44 AM
    Iya mbak, emang lucu. penyakit malas saya selalu muncul.

Something to say?